4th SCREAM

CREDIT: SCREAM

Siwon sudah menyuruh orang-orang itu mengangkut Rinhyo dan membawanya ke rumah sakit untuk di otopsi.  Ia melihat beberapa bercak darah di cermin dan darah yang sudah nyaris mengering di lantai kamar mandi.  Ia menggelengkan kepalanya tak percaya.  Siapa orang keji yang tega melakukan ini pada gadis sebaik Rinhyo?

Ia sudah memeriksa ketiga gadis yang menemukan Rinhyo.  Dan ketiga gadis itu pun tak dapat membantu apa-apa.  Kini, ia sedang berhadapan dengan gadis yang mungkin menjadi kunci kasus ini.

Menurut catatan ponsel milik Rinhyo, sebuah pesan singkat yang terakhir masuk meminta Rinhyo untuk menemuinya di suatu tempat.   Dan kini Choi Siwon hanya perlu mencari si pengirim pesan singkat itu.

“Ini.” Siwon mendapati Yunho menyodorkan dokumen.  Dengan mengedikkan kepalanya sedikit ia meraih dokumen itu dan mulai membacanya.

“Haruka?”

Yunho mengangguk.  “Aku sudah menyuruh orang untuk menghubunginya.”

“Bagaimana dengan adik Jungsoo hyung?”

Yunho terdiam dan menatapnya sedikit heran.  “Sedang dalam perjalanan.  Hyung baru saja menjemputnya.”

“Mereka sudah datang.” Lina muncul sambil membawa dua orang remaja yang Siwon kenali sebagai Aya dan seorang pemuda yang baru dilihatnya.

“Nona Haruka, terima kasih untuk kedatanganmu.” Siwon menjabat tangan gadis itu dan juga pemuda itu.

“Aku Kim Kibum, teman Aya.”

Siwon mengangguk.  “Maaf mengganggu waktumu.”

Aya hanya mengangguk kaku tanpa senyum.  “Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Lebih baik kita bicara di ruang privat, silahkan.”

Aya menatap Kibum dengan pandangan bertanya. Kibum tersenyum menenangkan sambil mengangguk.  Sambil menarik nafas diam-diam, gadis itu mengikuti Siwon.  Sesekali ia mengepalkan tangannya untuk menenangkan dirinya sendiri.

Siwon membuka pintu suatu ruangan dan mempersilahkan Aya masuk.  Dengan gerakan kaku, Aya duduk.  Siwon mengambil tempat dihadapan gadis itu dan memulai.

*SCREAM*

“A…. aku tidak percaya ini.” Bisik Ririn.

“Sudahlah!” Donghae yang berbaring sambil membaca komik di tempat tidur Ririn menatapnya prihatin.

Ririn hanya diam sambil meremas ujung rok sekolahnya.  Eunhyuk menekan tombol pause pada stick game dan melirik Donghae sambil menaikkan sebelah alis matanya.  Donghae menggeleng pelan lalu melompat dan duduk disebelah Ririn, lalu merangkul gadis itu.

“Kau tenang saja.  Ada kami di sini.”

“Ya, kau tidak perlu khawatir.” Ujar Eunhyuk sambil menaruh stick game di karpet dan duduk disamping gadis itu lalu menggenggam tangannya..  “Apa yang terjadi pada Rinhyo jangan terlalu kau pikirkan.”

“Tapi… siapa yang tega melakukan ini padanya?”

“Hn… entahlah.” Donghae menggeleng pelan.  “Tapi, cepat atau lambat polisi akan menangkap pelakunya. Percayalah!”

Ririn menatap kedua temannya bergantian lalu tersenyum lemah.  “Trims.”

Donghae dan Eunhyuk tersenyum.

“Jika tidak ada kalian, aku tidak tahu lagi kemana aku harus pergi.”

“Kau tenang saja.  Aku dan Eunhyuk akan selalu bersamamu.”

“Terima kasih.” Bisik Ririn lagi.  Kali ini ia menghapus air matanya dan tersenyum.

BLAK!

Pintu kamar Ririn yang terbuka lebar mengagetkan ketiganya yang tengah duduk tenang.

“Ririn?”

“Jungsoo Oppa.” Seru Ririn.

Jungsoo tertegun melihat kedua pemuda berseragam SMA itu.  “Ya Tuhan!  Apa yang kalian lakukan di kamar adikku?” gelegarnya.

“Ya  ampun!” rintih Eunhyuk ketakutan.

“Oppa, mereka teman-temanku.”  Ririn mencoba menenangkan kakaknya yang baru saja meledak.

“Teman-temanmu?” serunya tak percaya.

“Hyung, maaf…”

“Aish…” umpat Jungsoo kesal.  “Baiklah, karena tidak ada waktu kalian semua ikut aku ke kantor polisi!”

“APA?” teriak Eunhyuk dan Donghae bersamaan.

“Oppa…”

“Hyung, apa maksudmu menyuruh kami ikut ke kantor polisi?” sela Donghae.

“Yang benar saja?  Masa hanya karena kami bermain di kamar Ririn kau mau memenjarakan kami?”

Jungsoo menghela nafas berat.  “Bukan karena itu, aku menjemput Ririn untuk memberi keterangan di kantor polisi.  Kalian juga ikut!”

“Ah… itu…” seperti biasa, Eunhyuk dan Donghae berkata kompak.

“Oppa…” Ririn mencengkeram lengan Jungsoo dengan gemetaran.

“Tidak apa-apa.” Balasnya.  “Ada aku.”

*SCREAM*

“Aku sudah beberapa hari tidak berangkat sekolah.” Ucapnya dengan datar.  “Aku kembali dari Amerika kemarin dan pagi ini aku meminta Kibum untuk menemaniku.”

“Kalian bolos?” Tanya Siwon sambil melirik seragam dengan  rok kotak-kotak cokelat milik gadis itu yang mengingatkan Siwon pada Ririn.  Entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa kehilangan gadis itu.

“Ya.”

“Kemana kalian pergi?”

“Busan.”

“Ada keperluan apa kalian ke Busan?”

“Haruskah aku menjawabnya?” balas Aya dengan dingin.

“Ya, untuk kepentingan penyelidikan.”

“Maaf, aku tidak bisa.”  Aya bangkit dari tempat duduknya dan berbalikhendak pergi.

“Tidak bisakah kau membantu untuk memecahkan kasus ini Nona?  Temanmu… ah tidak, sahabatmu terbunuh dan kau tetap dengan pendirianmu?”

“Kau tidak tahu apa-apa.” Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat.  Ia menolehkan kepalanya dan menatap Siwon tajam dengan tanpa ekspresi.  “Aku memintanya menemuiku kemarin sore, tapi ia tak kunjung datang juga.  Jika kau bersikeras ingin menangkapku silahkan saja.  Aku tidak keberatan.  Karena dengan begitu aku bisa menebus dosaku.”

Aya melangkah keluar dan membanting pintu.  Kibum yang melihatnya berdiri dan menghampiri gadis itu.  Terdengar beberapa langkah kaki mendekat.  Aya menoleh untuk melihat orang-orang yang datang itu.

“Aya!” panggil Ririn sambil berlari-lari kecil kearahnya.  “Aku…”

Belum sempat Ririn mengatakan sesuatu Aya berjalan meninggalkannya.  Kibum tersenyum minta maaf dan mengikuti Aya.  Donghae dan Eunhyuk menatap mereka melongo.

“Apa-apaan dia itu?” seru Donghae kesal.  “Dia pikir dia siapa.”

“Sudahlah, ayo Ririn!”

Di sisi lain, Kibum masih mengikuti Aya dari belakang.  Ia baru beberapa hari lalu mengenalnya, tapi ia merasa sudah mengenal Aya bertahun-tahun.  Di balik wajahnya yang datar itu, ia tahu Aya menyembunyikan kesedihan dan ketakutannya.

Kibum berhenti melangkah saat dilihatnya Aya hanya berdiri di taman yang tak jauh dari kantor polisi.  Malam itu begitu dingin dan sepi.  Bahkan terasa mencekam jika kau hanya sendirian di sana.

“Aya…” Kibum menghampiri gadis itu.  Menarik lengannya agar gadis itu berbalik.  Benar saja dugaannya.  Gadis itu menangis dalam diam.

“Rinhyo…” bisiknya Aya merana.

Tak ada yang bisa dilakukannya untuk menenangkan gadis itu kecuali dengan memeluknya.  Menenggelamkan tangisan itu di dadanya.

*SCREAM*

“Terima kasih atas keterangan kalian.” Yunho mengangguk kecil ke arah ketiga siswa SMA itu.

Ririn menghela nafas lega dan berbalik bersama Donghae dan Eunhyuk.

“Akhirnya selesai juga.  Jujur saja, aku tidak suka ruangan yang sangat panas itu.” Komentar Eunhyuk.

“Benar.”

“Yah… maka dari itu aku tidak terlalu suka dengan kantor polisi.” Balas Ririn.  “Hei, rapatkan mantelmu.  Sekarang masih musim dingin.”

“Tidak apa-apa.” Balas Eunhyuk sambil merentangkan tangannya.

“Haaah…bagaimana jika kita ke kedai kopi?  Kudengar ada kedai kopi yang baru buka dan lagi ada kue-kue enak yang dijual di sana.” Usul Donghae.

“Baiklah, kali ini aku yang traktir kalian karena sudah mau menemaniku di kantor polisi.”

“Benarkah?” Donghae dan Eunhyuk berseru dengan semangat.  “Asyik!  Ayo kita ke sana!”

“Yeaaaah…”

“Ririn.”

“Oh… tidaaak…” lirih Eunhyuk.  Gagal sudah acara makan kue gratis.

Ririn membeku ditempatnya.  Tidak lagi.  Kenapa ia harus bertemu lagi dengan pria itu?

“Ada apa?” tanyanya ketus. “Choi Siwon?”

“Aku perlu bicara denganmu.”

“Bicara saja!”

“Tidak bisa.” Balasnya tegas sambil melirik sinis Eunhyuk dan Donghae.

“Ah… sepertinya kami harus cepat-cepat pergi.  Lain kali saja kau traktir kami.” Sergah Donghae.

“Tapi..”

“Tak apa, sampai jumpa Ririn.” Eunhyuk dan Donghae cepat-cepat pergi sebelum Siwon mengeluarkan pistolnya.

“Kau…” Ririn menghela nafas dengan marah.  “tak bisakah kau untuk tidak bersikap  seperti itu pada teman-temanku?”

“Kau tidak mengerti.”

“Apa yang tidak aku mengerti?  Kau pikir kau ini siapa sampai-samapi kau selalu membuat teman-temanku pergi meninggalkanku begitu melihatmu.” Bentak Ririn.

“Kau tidak akan pernah mengerti Ririn.”

“Apa yang…”

“Aku cemburu.”

SIIIING!

Hening.

“A… apa?”

“Aku cemburu.” Balas Siwon keras.

Ririn mendengus menahan tawa mengejeknya.  “Apa katamu?  Cemburu?”  Ririn membuang muka sambil membenarkan letak tali tas di bahunya.  Ia kemudian menatap Siwon lurus-lurus.  “Jangan membuatku tertawa.  Beraninya kau mengatakan padaku kau cemburu, kau pikir kau siapa?”

Ririn melangkah melewati Siwon sambil menyenggol tubuh tinggi pria itu dengan bahunya.  Baru saja lima langkah ia berjalan Siwon menarik lengan gadis itu dan memaksa Ririn untuk berhadapan dengannya.

“Apa yang…”

“Kau… tidak bisakah kau memberi kesempatan sedikitpun?”

“Bodoh!  Lepaskan aku!” jerit Ririn.

“Ririn, diam!”

“Lepas!” Ririn memberontak.

“Tidak!”

“Kumohon… DIAMLAH!” bentak Siwon.

Ririn diam.  Nafasnya terasa tidak beraturan.  Ia melihat mata Siwon yang menajam kini menatapnya lembut.  Siwon merangkulnya, mengecup dahinya dan memeluknya dengan erat.  Ririn hanya diam saja diperlakukan seperti itu.  Bingung harus berbuat apa.

Ia tidak mengerti dengan pria dihadapannya ini.

“Beri aku kesempatan.” Bisiknya di telinga gadis itu.  “Aku ingin selalu bersamamu.”

Tanpa keduanya sadari seseorang memperhatikan mereka dari jauh dan menyeringai.

*SCREAM*

Sudah sebulan…

Tidak ada lagi kehebohan tentang pembunuhan itu.  Dan orang-orang juga sudah terlalu lelah untuk membahasnya.  Tapi yang menjadi horror bagi Ririn sampai saat ini adalah keberadaan Choi Siwon.

Terkadang ia harus cepat-cepat bersembunyi dan berlari ketika mendapati Siwon di depan gerbang sekolahnya.  Bahkan sepertinya semua tempat yang sering dikunjungi gadis itu tidak aman karena kehadiran pria itu.  Yah, kecuali rumahnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan bel pun berbunyi dengan nyaring.  Disaat orang-orang sibuk berdesakan di lorong kelas, Ririn menggigiti bibirnya sambil menatap seorang pria dengan mantel hitam berdiri di samping mobil yang sewarna dengan mantelnya.

“DOR!”

“Huwaaaaa…” Ririn terlonjak dari tempatnya saat seseorang menepuk bahunya dengan keras.

“Hahahahaha….” Ledakan tawa kedua pemuda itu memenuhi ruang kelas yang sepi.

“Kalian!” geramnya.  Ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah pria yang tengah berdiri itu.

“Kau ini sebenarnya kenapa?” Tanya Eunhyuk sambil merangkulnya.

Ririn menggerakkan bahunya untuk menyingkirkan tangan Eunhyuk dari bahunya. Donghae hanya terkekeh pelan dan ikut melihat ke bawah.  Eunhyuk yang penasaranpun mengikuti arah pandangan mata Ririn.

“Hwaaaa…” serunya tak senang.  “pacarmu.”

“Dia bukan pacarku!” seru Ririn berlebihan.

“Ya ya ya… santai saja.” Balas Donghae bosan.

“Sepertinya dia menunggu seseorang.” Tebak Eunhyuk sambil melirik Ririn penuh arti.

Ririn mendelik kesal.  “Yah… aku harap bukan aku.”

“Lihat!” seru Donghae sambil menunjuk ke arah Siwon berdiri.  “Itu Kibum dan… eh Haruka?”

“Ya.” Balas Ririn.  Mereka bertiga melihat dengan jelas Siwon berbicara dengan kedua orang itu.  Lalu Kibum mengangkat ponselnya ketelinganya seperti sedang menelepon seseorang.

Drrrrrt… drrrrt…

“Ya!  Ponselmu.” Tunjuk Eunhyuk.  Dengan malas-malasan Ririn menjawabnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

“Ya?”

“Hei, kau dimana?  Detektif Choi menunggumu di depan gerbang sekolah.” Seru orang itu.

“Apa?” serunya sambil menatap ke arah Kibum yang masih berbicara di telepon.  Eunhyuk dan Donghae merapatkan barisan di sebelah Ririn berusaha mendengarkan.  Ririn masih membelalakan matanya memandangi mereka.

Mereka dapat melihat dengan jelas, Siwon merebut ponsel Kibum dan berbicara, “Cepat temui aku!”

Mendadak tubuhnya gemetaran.  Ririn menjatuhkan ponselnya tiba-tiba hingga membuat kedua temannya terkejut.  Tanpa mereka duga, Ririn menyambar tasnya dan berlari.

“Ya!” teriak keduanya.

Eunhyuk memungut ponsel Ririn yang mati dan menyimpannya di dalam tas.  Keduanya pun kemudian mengejar gadis itu.

*SCREAM*

“Heh!  Sebenarnya kau ini kenapa?” Tanya Donghae sambil melempar kaleng minuman kosong ke arah tempat sampah di kamar Ririn.

“Aku tidak apa-apa.” Jawabnya.

“Menurut pengamatanku, jika wanita berkata ‘tidak apa-apa’ itu berarti ‘ada apa-apa’.” Jelas Eunhyuk.

Ririn rasanya ingin mencekik Eunhyuk saat mengatakan itu.

“Hn… jika ada apa-apa, lebih baik kau menceritakannya pada kami.”

“Benar!” Eunhyuk mengangguk sambil menunjukkan gigi-giginya yang rapi.

Ririn mendelik ke arah keduanya.  “Tapi, tampang kalian tidak meyakinkan untuk aku ceritai.”

“Hwaaaa… tega sekali kau!” protes mereka.

Ririn tertawa.  “Sudahlah, aku ambilkan kalian makanan ringan.”

“Horeeee…” Eunhyuk langsung mengacungkan stick game milik Ririn dan melanjutkan permainan bersama Donghae.

Ririn turun ke bawah dan mendapati Jungsoo serius membaca sebuah dokumen.  Tanpa mengganggu Jungsoo ia berjingkat ke dapur dan membawa beberapa makanan ringan dan sebotol besar soda.

Baru saja ia akan mengangkat nampan itu, suara ponsel mengejutkannya.  “Yoboseo?” jawabnya.

“Ririn, kau baik-baik saja?”

“Ah… Sungmin Oppa?” tanyanya memastikan. “Ya aku baik-baik saja.”

“Oh… syukurlah aku senang kau baik-baik saja.”

“Umm… ada apa kau meneleponku?”

“Tidak.  Hanya ingin tahu kabarmu, ngomong-ngomong aku akan kembali ke Korea lusa.”

“Eh?  Kau sekarang di Amerika?”

“Ah… maaf.  Aku lupa memberitahumu bahwa aku sudah kembali ke Amerika sebulan yang lalu.”

“Oh… tak apa.”

“Aku sudah dengar berita tentang Rinhyo.  Aku benar-benar tak menyangka, ia dibunuh juga.” Ucapnya pelan.

“Kau membaca beritanya?”

“Tidak, Aya yang memberitahuku.”

Ririn terdiam.  Ia merasa tak pernah lagi berhubungan baik dengan Aya.  Aya berubah total sejak insiden itu.

“Oya, aku harus pergi.  Sampai jumpa nanti.”

“Yaa…” Ririn menutup teleponnya.  Ia tiba-tiba merinding mengingat insiden itu.  Ririn menarik nafas perlahan-lahan dan membawa nampan itu ke atas.  Keduanya sedang asyik mengobrol sambil tertawa-tawa.

“Waaaah… akhirnyaaaa… aku sudah haus sedari tadi.” Eunhyuk dengan cepat menuang soda ke dalam gelas berisi es yang sudah Ririn sediakan.

“Kalian membicarakan apa? Sepertinya seru sekali.” Tanya Ririn penasaran.

“Suzy mengadakan pesta ulang tahun.”

“Suzy?”

“Ya, jangan katakan kau tak tahu siapa Suzy.”

Ririn menggeleng.  “Sungguh aku tidak tahu.” Balasnya.

“Ya ampun!  Yang benar saja?  Kau tak tahu teman sekelasmu sendiri?”

“Yah… kalian tahu…”

“Baiklah baiklah baiklah!” potong Donghae tak sabar.  Ia mengeluarkan sebuah kartu bermotif buah labu dengan warna merah dan hitam mendominasinya. “Lihat!” Donghae menyodorkan amplop kartu itu dan membaca tulisan yang tertera di amplop.  “Untuk Lee Donghae, Lee Hyukjae dan Park Ririn.”

“Eh?”

“Dan di sini tertulis untuk datang ke sana kita harus mengenakan kostum hantu.” Tambah Eunhyuk.

“Seperti pesta hallowe’en saja.”

“Yah, kau pasti tahu Suzy itu suka sekali cerita seram.  Jadi tak heran jika dia merayakan ulang tahunnya seperti itu.”

“Jadi bagaimana?”

Ririn memandang mereka bingung.  “Apa maksud kalian dengan ‘bagaimana’?”

“Yaaaa… kau mau ikut tidak?”

Ririn terdiam.

“Ayolah!  Ini hanya sekedar ulang tahun.  Sekali-sekali kau harus hadir untuk berpesta.” Ajak Donghae.

“Um… tapi…”

“Sudahlah!  Jangan kau pikirkan yang lain.”

“Oke, baiklah…”

To be continue…

26 thoughts on “4th SCREAM

  1. huaaaa!!! Kuereeennnn.. sangat! udah lamaaa banget nggak baca ff kak Aya yg begini, bahkan rasanya masih sprti waktu pertama kali baca ff kak Aya 🙂 walaupun yg ini ff lanjutan, dan bahkan sdh lama, tapi feel nya masih sama.
    ini thriller, tapi juga ada sisi yang membuatnya ceria, bahkan membuat hati berbunga2 🙂 sungguh! *nggak peduli dkata lebay, karena bener ini yg kurasakan. hehe 😀 Kak Ayaa, dinanti lanjutannya!

  2. borong baca dr part 1.. komennya jg mau borongan jg..haha
    deg2an baca ni ff.. otak saya jd mikir berbagai kmungkinan pembunuhnya.. tp ampe skarang msh ga ngerti gmana caranyan narik ksimpulan..kynya butuh bantuan shinichi kudo saya.. *abaikan* 😀

  3. penasaran ma pelaku’y..
    sumpah sadis amat pembunuhan’y.. merinding bc’y..

    gak mau nebak siapa pelaku’y, takut salah..
    d’tunggu next part, spt’y lbh menegangkan..
    jgn lama2 publish’y.. 😀

  4. sungmin k amerika dan tak ada pembunuhan yg terjadi,, ckck kebetulan yg sangat kebetulan (?)
    ririn terancam ntar kalo dateng k pesta ultah suzy,, ntar tau2 disana udah ada orh yg pake jubah dgn topeng ghostface.. #soktau
    penasaran ini kelanjutannya gmana

  5. Penasaran sma pelakunya,,
    Tp aq koq aq curiga sma sungmin ya??
    Cz saat dia balik k amerika pembunuhan ga pernah terjadi lgi, tp pas dia ada d korea pembunuhan itu terjadi,,

    D tnggu next partnya eon,,
    jgn lama” ya??

  6. ish,,,
    onnie nakaaaaaaaal..

    lge seru ud TBC ajah..
    pnasaran!!
    cptan update lge y onnie..*toel-toel pundak onnie smbil pasang puppy eyes*

  7. Ak curiga ama sungmiiiiiiin, uuuuaaaa penasaran ama pembunuhnya, uuueeee dtunggu kelanjutannya ya author 🙂
    Ya ampun ya ampun ya ampun, terancam ga bisa tidur nyenyak malem nie, takuuuuuuuut (●̮̮﹏●̮̮)
    Ffny msh penuh teka teki neh, blm ada titik terang ama kasus2nya, huhuhuhu penasaran penasaran 🙂

Tinggalkan Balasan ke Aya Batalkan balasan